Tuesday, October 30, 2012

Idul Adha



Tgl  26 Oktober 2012 , hari ini kaum muslimin dari berbagai belahan dunia melaksanakan wukuf  di paadang Arafah
Bagi umat  Islam yang tidak menunaikan ibadah haji   , akan merayakan hari raya Idul Adha. Lantunan takbir dan tahmid diiringi tabuhan bedug menggema terdengar merdu dan indah dari berbagai pelosok nusantara sampai belahan dunia sebagai pernyataan dan pengakuan terhadap keagungan Allah SWT menambah semaraknya hari raya. Suara takbir bersahut-sahutan mengajak kita untuk sejenak melakukan refleksi bahwa tidak ada yang agung, tidak ada yang layak untuk disembah kecuali Allah, Tuhan semesta alam.
. Takbir yang diucapkan bukanlah sekedar gerak bibir tanpa arti, tetapi merupakan pengakuan dari dalam hati, menyentuh dan menggetarkan relung-relung jiwa manusia yang beriman.  

Pada hari itu, kaum muslimin selain dianjurkan melakukan shalat sunnah dua rekaat, juga dianjurkan untuk menyembelih binatang kurban bagi yang mampu. Anjuran berkurban ini bermula dari kisah penyembelihan Nabi Ibrahim kepada putra terkasihnya yakni Nabi Ismail.
Peristiwa ini memberikan kesan yang mendalam bagi kita. Betapa tidak. Nabi Ibrahim yang telah menunggu kehadiran buah hati selama bertahun-tahun ternyata diuji Tuhan untuk menyembelih putranya sendiri. Nabi Ibrahim dituntut untuk memilih antara melaksanakan perintah Allah  atau mempertahankan buah hati dengan konsekuensi tidak mengindahkan perintahNya. Sebuah pilihan yang cukup dilematis. Namun karena didasari ketakwaan yang kuat, perintah Allah  pun dilaksanakan. Dan pada akhirnya, Nabi Ismail tidak jadi disembelih dengan digantikan seekor domba. Yang di   diabadikan dalam al Quran surat al Shaffat ayat 102-109.
Makna lainya berkurban  antara lain  makna sosial, di mana   mendidik umatnya agar memiliki kepekaan dan solidaritas tinggi terhadap sesama. Kurban adalah media ritual, selain zakat, infak, dan sedekah yang disiapkan Islam untuk mengejewantahkan sikap kepekaaan sosial itu.
 Dan juga kurban bermakna , makna bahwa apa yang dikurbankan merupakan simbol dari sifat tamak dan kebinatangan yang ada dalam diri manusia seperti rakus, ambisius, suka menindas dan menyerang, cenderung tidak menghargai hukum dan norma-norma sosial menuju hidup yang hakiki.

 Di samping itu, ada pelajaran berharga lain yang bisa dipetik dari kisah tersebut.   Bahwa dibuthukan pegorbanan dalam mendidik anak agar menjadi anak yang  bertaqwa serta berbakti kepada orang tua. Kadang kita perlu memarahi/menjewer anak  agar  menjadi anak sholeh. Sebagai orang tua juga di tuntut berkorban waktu dan tenaga serta harga demi  pendidikan anak.