Tuesday, October 6, 2009

Menjadikan Bencana sebagai sahabat

>
Menjadikan Bencana sebagai sahabat

Sudah hampir satu pekan bencana gempa bumi di Sumatra barat (padang) dan Jambi (gempa Sumatra). Relawan Nasional maupun dari negara tetangga  telah berjuang sekuat tenaga serta mengerahkan kemampuan mereka untuk menolong  korban. Hingga tanggal   5 Oktober  tercatat sudah 617 orang meninggal.  Serta ribuan lagi yang nasibnya belum diketahui , alias tidak diketemukan seperti di Pariaman di beberapa desa (nagari) penduduknya  terkubur  secara massal.

Indonesia negara kaya, Negeri dimana batu dan tongkat kayu pun bisa jadi tanaman. Tak hanya  itu  Indonesia raya  juga ternyata kaya akan bencana alam ,. Bencana silih berganti, berupa gempa bumi, longsor, banjir. Bedasarkan catatan bahwa    ibu pertiwi memiliki 500 Gunung  merapi, dari jumlah tersebut 128 masih aktiv tesebar di nusantara yang siap batuk setiap saat ,  dan  tanah airku ini juga mempunyai  jumlah Sungai 5860 buah , diantara nya  terdiri dari 500  buah sungai besar  yang siap untuk meluapkan  air setiap waktu.

Begitu akrabnya negara RI dengan bencana khususnya bencana besar seperti gempa. Dalam tahun ini saja sudah ada beberapa kali gempa terjadi ; gempa Jogja, , tasikmalaya, Padang, Jambi bahkan Gorotalo walau sekala yang kecil . Kita juga tidak akan pernah lupa bagaimana  mengerikanya bencana Aceh (tsunami) tahun 2004 yang  menewaskan ratusan ribu orang.

Usaha Pemerintah untuk mengatasi  atau mempersiapkan diri  jika bencana tiba  dengan membentuk Badan –badan penyelamatan  seperti Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). Usaha tersebut sangat kita hargai dan bermanfaat, walaupun begitu masih banyak pelajaran mesti kita tingkatan. Setiap bencana terjadi selalu saja kita masih kekurangan sumber daya manusia yang handal dilapangan sehingga  dilapangan kita banyak kehilangan waktu untuk menyelamatan korban yang masih hidup. Alasan   minimnya alat alat berat. Semesti dapat kita atasi salah caranya ya dapat dipersiapkan sedini mungkin dengan berkoodinasi  antar instansi.
Melalui media massa dapat disaksikan bagaimana tim relawan dari negara tetangga seperti Jepang , Swiss datang dengan anjing pencari yang mampu mengendus  manusia yang masih hidup dan mati. Selain itu penyebaran  bantuan ditempat-tempat bencana selalu terlambat sehingga  bantuan menumpuk  sedangkan ditempat lain para pengungsi kekurangan  makanan dan bahan-bahan keperluan lainnya

Bencana  tidak pernah kita harapkan,namun demikian jika bencana datang kita tak mampu menolaknya. Kita hanya dapat  terus belajar atau menjadikan bencana akrab dengan belajar  perilakunya seperti di masyarakat Jepang yang kaya akan gempa.
Pada tahun 2003 Jepang mengalami gempa 8 skala Richter, dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa, kenapa?? . melihat pengalaman  jepang yang begitu akrab dengan gempa seyognyanya  kita (pemerintah dapat banyak belajar dari sana).
Sosialisasi bagaimana menyelamatan diri jika gempat terjadi hendaknya terus digalakkan.  Pendirian gedung, rumah , terutama bangunan publik  hendaknya dapat dipantau kelayakannya dalam menghadapi gempa, bila perlu diatur dalam bentuk peundang-undangan.

No comments: