Menjadikan Bencana sebagai sahabat
Sudah hampir satu pekan bencana gempa bumi di Sumatra barat (padang) dan Jambi (gempa Sumatra). Relawan Nasional maupun dari negara tetangga telah berjuang sekuat tenaga serta mengerahkan kemampuan mereka untuk menolong korban. Hingga tanggal 5 Oktober tercatat sudah 617 orang meninggal. Serta ribuan lagi yang nasibnya belum diketahui , alias tidak diketemukan seperti di Pariaman di beberapa desa (nagari) penduduknya terkubur secara massal.
Indonesia negara kaya, Negeri dimana batu dan tongkat kayu pun bisa jadi tanaman. Tak hanya itu Indonesia raya juga ternyata kaya akan bencana alam ,. Bencana silih berganti, berupa gempa bumi, longsor, banjir. Bedasarkan catatan bahwa ibu pertiwi memiliki 500 Gunung merapi, dari jumlah tersebut 128 masih aktiv tesebar di nusantara yang siap batuk setiap saat , dan tanah airku ini juga mempunyai jumlah Sungai 5860 buah , diantara nya terdiri dari 500 buah sungai besar yang siap untuk meluapkan air setiap waktu.
Begitu akrabnya negara RI dengan bencana khususnya bencana besar seperti gempa. Dalam tahun ini saja sudah ada beberapa kali gempa terjadi ; gempa Jogja, , tasikmalaya, Padang, Jambi bahkan Gorotalo walau sekala yang kecil . Kita juga tidak akan pernah lupa bagaimana mengerikanya bencana Aceh (tsunami) tahun 2004 yang menewaskan ratusan ribu orang.
Usaha Pemerintah untuk mengatasi atau mempersiapkan diri jika bencana tiba dengan membentuk Badan –badan penyelamatan seperti Badan Nasional Penangulangan Bencana (BNPB). Usaha tersebut sangat kita hargai dan bermanfaat, walaupun begitu masih banyak pelajaran mesti kita tingkatan. Setiap bencana terjadi selalu saja kita masih kekurangan sumber daya manusia yang handal dilapangan sehingga dilapangan kita banyak kehilangan waktu untuk menyelamatan korban yang masih hidup. Alasan minimnya alat alat berat. Semesti dapat kita atasi salah caranya ya dapat dipersiapkan sedini mungkin dengan berkoodinasi antar instansi.
Melalui media massa dapat disaksikan bagaimana tim relawan dari negara tetangga seperti Jepang , Swiss datang dengan anjing pencari yang mampu mengendus manusia yang masih hidup dan mati. Selain itu penyebaran bantuan ditempat-tempat bencana selalu terlambat sehingga bantuan menumpuk sedangkan ditempat lain para pengungsi kekurangan makanan dan bahan-bahan keperluan lainnya
Bencana tidak pernah kita harapkan,namun demikian jika bencana datang kita tak mampu menolaknya. Kita hanya dapat terus belajar atau menjadikan bencana akrab dengan belajar perilakunya seperti di masyarakat Jepang yang kaya akan gempa.
Pada tahun 2003 Jepang mengalami gempa 8 skala Richter, dalam kejadian tersebut tidak ada korban jiwa, kenapa?? . melihat pengalaman jepang yang begitu akrab dengan gempa seyognyanya kita (pemerintah dapat banyak belajar dari sana).
Sosialisasi bagaimana menyelamatan diri jika gempat terjadi hendaknya terus digalakkan. Pendirian gedung, rumah , terutama bangunan publik hendaknya dapat dipantau kelayakannya dalam menghadapi gempa, bila perlu diatur dalam bentuk peundang-undangan.
No comments:
Post a Comment