Saat Ramadhan
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa,( Albaqarah 183)Tinggal beberapa hari lagi hari Bulan Ramadhan, bulan Suci nan mulia akan hadir menemui kita . Ada perasaan senang dan haru karena Insyaallah bertemu dengan bulan yang suci, banyak teman,kerabat yang tahun ini tidak dijumpakan lagi dengan bulan ramadhan karena telah menemui sang pencipta . Tahun keempat aku menikamati bulan puasa di kota kecil, alhamdulillah, walau jauh dari orang tua, di bulan Ramdhan ini aku ditemani keluarga kecilku
Saat merenung di malam hari , terbanyang serta teringat kembali kenangan indah waktu masih kanak-kanak hingga masa dewasa saat- saat meyambut dan merayakan bulan puasa. dalam keluarga besar kami di kota Palembang .Rasanya rindu menyerak kembali di dalam hati pada satu sosok yang selalu setia membangunkan kami anak-anaknya , menemani kami makan sahur dan berbuka , memberikan sentuhan sayang serta penuh kasih menuntun hingga kami anak-anaknya sanggup menyelesaikan puasa sampai benduk magrib,. Sosok yang selalu tidak bisa lepas dari segala bayangan keindahan dimana pun, kapanpun menyeruak membayangi pelupuk mata. Ibu. dan ayah.
Saya tidak akan pernah lupa bagaimana , ibu dan ayah bekerja keras, Ibu berusaha mendaya gunakan kemampuan manajemen keuangan keluarga, saat ini aku sadar betapa hebatnya beliau dalam manejemn keuangan, menurutku beliua sah untuk menyandang gelar professor, kenapa mtidak Ibu mesti mengatur keuangan yang memang pada waktu itu secara hitungan matematika tidak mencukupi selama satu bulan. Kadang ibu dengan berat hati memotong –motong menjadi kecil-kecil lauk makan bagi anak-anaknya agar supaya cukup. Dibenak ku masih terekam dengan jelas lauk Tahu dipotong menjadi dua potong kecil, ikan dan telur di potong menjadi empat . Alhamdulillah seiring waktu rezeki mereka terus bertambah hingga kami tidak terlalu lama merasakan hal tersebut.
Semenjak duduk di Taman Kanak-kanak Saya dan saudara saudaraku sudah di didik oleh Ayah dan Ibu untuk berpuasa sejak dari kecil.Mereka berkata jika dari kecil sudah terbiasa maka kelak kalian akan merasakan manfaatnya, dan ternyata kalimat tersebut sangat tepat dan InsyAlah akan ku teruskan dalam mendidik buah hati kami.
Teringat saat pertama kali berpuasa aku hanya sampai jam dua belas,kata ayah besok kan disambung lagi jadi jika dijumlahkan akan menjadi penuh ’ ini contoh pembelajaran kecil yang kami terima namun sangat membantu kami suatu saat nanti untuk membiasakan diri berpuasa. ’ .Suatu hal yang kami kenang selalu pada masa-masa bulan puasa , Ibu tidak akan pernah lupa membuat dan menyajikan masakan untuk berbuka bagi anak-anaknya tercinta, ”bukoan” istilah kami menyebut makanan di bulan Ramadhan, bukoan kue lapis (kue yang warna-warni lapisanya), kacang ijo, kue bolu , dawet, dan paling tak pernah lupa adalah minuman cincau yakni makanan dari daun cincau dicampur es dan air kelapa , wau enak benar. Lucunya sat itu, Saya dan saudara-saudara berebut menyimpan makanan-makanan untuk berbuka nantinya , padahal ketika waktu berbuka telah tiba makananan simpanan kami tersebut janrang sekali habis bahkan kadang tidak dimakan,’ ya dasar nafsu , ” Hai Daud, sesungguhnya Kami menjadikan kamu khalifah (penguasa) di muka bumi, maka berilah keputusan (perkara) di antara manusia dengan adil dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu, karena ia akan menyesatkan kamu dari jalan Allah. Sesungguhnya orang-orang yang sesat darin jalan Allah akan mendapat azab yang berat, karena mereka melupakan hari perhitungan” ( Shaad 38)
Jika saat ini kita sering mendengar ceramah dari Ustad Mansyur tentang kehebatan dan dasyatnya sedekah maka, sesungguhnya kami dari dahulu telah diajarkan hal tersebut. Ibu selalu mengajarkan kepada kami perbuatan mulia yang IsnyaAllah merupakan hal yang tetap tepatri dalam hati sanubari kami anak-anaknya yakni untuk memberikan sedekah makanan berupa apapun mulai dari panganan kecil, es dan sebagainya untuk tetangga. Beliau ayah dan Ibu bilang” tidak akan berkurang kenikmatan dan jumlah makanan yang kamu berikan ”. bahkan Allah akan memberikan kenimatan yang tidak kau sangka-sangka.
Pada hari pertama ramdhan, kebiasa di keluarga adalah memotong ayam, waktu itu kami memelihara sendiri ayam kampung, hal tersebut telah dipersiapkan selam satu tahun, Ibu dan ayah ngomong, enak memelihara sendiri ternak daripada membeli, kan tidak terasa dan tidak mesti susah memeliharanya, cukup dikasih makan pagi selebihnya mereka cari sendiri, maklum ketika itu di daerah kami masih sepi dan masih banyak tempat ayam-yaam mencari makanan tambahan.. Biasanya pagi hari dimalam sahur pertama, ayam dipotong, masakan yang paling sering adlaah pindang ayam, Ibu beralasan bahwa makan sahur perlu kuah biar nafsu makan timbul.
Dalam memoriku masih sangat kental benar ,Ibu pasti membangunkan kami jauh sebelum jam makan sahur saat beliau masih menyiapkan masakan sahur,, dia bilang jika bangun sudah mau makan pasti makan sahur kalian tidak bersemangat alias sedikit . Diantara kami bersaudara ada yang susah untuk bangun yakni saudaraku nomor empat, Ibu pasti ekstra keras membangunkanya. Di tempat tinggal ku masih ada kebiasan anak-anak untuk keliling kampung membangunkan orang untuk bersahur. Aku kadang-kadang ikut dalam rombongan mereka untuk membangunkan orang bersahur.
Kebiasan kami setelah dibangunkan Ibu sambil menunggu makan sahur kami main halma, ular tangga, gaplek. Jika bosan Saya dan saudara yang lain main meriam bambu, yakni bambu yang ukuranya diamternya tidak kurang dari 8 cm, panjang kurang lebih 1,5 M, terus bambu tersebut dibersihkan dalamnya selanjutnya di buat lubang tengah pada ujungnya , terakhir bambu diisi minyak tanah, nah bambu sudah siap digunakan Memainkan meriam bambu sungguh sangat menyenangkan sebab kami bersaing siapa kuat suara dengan teman-teman kampung lainnya. Setelah waktu Ismyak ayah dan Ibu pasti menyuruh kami shalat berjamaah,jadi kami baru bisa tidur kembali setelah sholat subuh dan bangunya jam 8 pagi . Ibu memang membiarkan kami tidur sampai jam delapan sebab toh beliau pikir anak-anaknya kan tidak sekolah., saat itu memang Pemerintah memberlakukan libur sepanjang bulan Ramdahan
Sepanjang hari menungu waktu berbuka, aku dan saudara-saudara yang lain bermain, bermacam –macam permainan antara lain ular tangga, halma, membaca buku-buku cerita yang khusus disewa dan sebagainya. Cara kami main untuk menghilangkan kejenuhan dengan saling hukum, jadi siapa yang kalah harus memijat si pemenang,, Jika sudah capek main kami tidur sampai sore, bangun tidur lagi,, maklum chanel tv swata belum ada sehingga mana ada hiburan, maka lebih baik tidur, Ibu juga ngomong katanya tidur dapt pahala.
Oh ya aku sekali-kali melihat ibu masak, lucunya kami akan menyimpan makanan yang dimasak Ibu dengan alasan untuk persiapan berbuka padahal ini tidak perlu toh akhirnya dibagi juga’ ya maklum kami waktu itu hanya puasa menahan lapar saja he he. Jika waktu sudah lewat ashar kira-kira pukul 5 sore, kesibukan mulai terjadi seolah-olah beduk magrib tinggal beberapa menit lagi. Pada masa itu kami belum memiliki lemari pendingin, sehingga setiap sore, saya antri membeli es batu, saat itu es yang dijual penjual es berbentuk balok-balok jadi jika membeli abang penjual akan memotong motong memakai gergaji.
Hal yang menyenangkan masa itu adalah menghidupkan radio karena kami mendengarkan bedug magrib melalui radio. Kami sudah duduk melingkar di menghadap hidangan seolah-olah tidak sabar lagi padahal qori baru membaca quran. Suara yang paling ditunggu adalah ketika qoriah membaca Shodaqolla hul ajim. Tanda bahwa habisnya membaca alquran. ”Allahumma La ka Suntu Wabika Amantu Waala rizkika aptatur Birohmatika ya arhamarohimin” doa itu lah yang kami baca terus diikuti memakan buah, oh ya ibu selalu bilang jika memakan buah untuk berbuka mendapat nilai pahala plus. Biasanya Ibu dan Ayah hanya cukup berbuka dengan spotong buah serta seteguk air setelah itu mereka melaksanakan sholat magrib, Tapi saya dan saudara-saudara yang lain mengerjakan sholah magrib setelah perut kenyang . Selesai magrib Saya dan saudara yang lain biasaya ke masjid ikut ayah dan Ibu sholat tarawih, senang benar sembahyang tarawih di masjid sebab saya bisa main-main dengan teman lain nya, Ayah tidak marah katanya biarkan anak- membiasakan diri di masjid, jika dimarahi mereka akan kapok ke masjid. Nah habis sholat dari masjid masih lagi mengisi perut dengan makanan yang siang di buat ibu.
Menjelang lebaran idul fitri suasana persiapan terasa benar . Berhubung di rumah hampir semua cowok maklum kami tujuh bersaudara ,perempuan hanya satu.. Membuat kue ya menjelang lebaran walau saya laki-laki tapi ikut juga sibuk membantu Ibu dan bibi (kadang- dirumah kedatangan bibi saudara ayah atau ibu) membuat kue. Kesbukan lain yang kami lakukan adalah memebrsih rumah dan memberi solar pada dinding rumah. , biar kelihatan rapi dan hitam mengkilap. Selain itu kami bergantian membersihkan rumput di halaman ( maklum halaman rumah cukup luas). Menu lebaran tak ketinggalan adalah ketupat, bungkus ketupat yang kami buat sendir dari daun kelapa, Saya walau masih kecil sudah mampu membuatnya. Ada lagi kebiasaan ayah jika mau lebaran, beliau biasanya sudah membelikan kami baju sebelum masuk bulan puasa, katanya biar harganya tidak mahal.
Di tengah kesehajaan beliau , kami banyak menerima pembelajaran hidup. Ibu pernah berkata anak-anakku kehidupan mu yang sesunggunya akan dimulai pada saat kalian sudah berumah tangga . Syukuri apapun rezeki yang telah diberikan oleh Allah SWT kepada kalian. Ayah juga punya pesan jangan suka menghitung dompet orang lain.
Selamat Datang Ramdhan, Izinkan kami Ya Allah mencicipi semua menu yang Engkau hidangkan di bulan Suci ini.
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, ( Al Baqarah 183)
No comments:
Post a Comment