Tuesday, February 10, 2015

LATIHAN PRANA SAKTI

Hari Rabu Sore  jam 3:30 Wib dengan bantuan teman ustadz Yantok melakukan bekam dan dilanjutkan malamnya   olah fisik dan spritual  melalui latihan Prana Sakti , Alhamdulillah  walau  baru tertidur pukul  12 Wib dan bangun jam 4 subuh, badan tetap terasa fit segar seolah olah baru di charger. meminjam istilah pak Dedi Setiadi kembali ke kondisi 95% (maunya sih 100%)
Ternyata  badan letih,lesu selama ini karena  badan yang dimanjakan  tidak olah raga , mau ke warung saja  atau tetangga rumah saja  naik motor di tambah pola makan yang kurang sehat  apalagi  mesin mesin di tubuh  sudah lama di pakai alias tua (he he) , waduh  wajar  tubuh ngambek.
Dulu  sewaktu di palembang  sebeneranya aku rajin olah raga  yakni latihan prana sakti disini malas benar mungkin tidak ada komunitasnya
 oh ya Prana sakti adalah (saya cuplik dari blog : https://pranasaktipalembang.wordpress.com/)

Guru besar Perguruan Bela Diri Tenaga Dalam Islam Prana Sakti secara umum adalah al-Qur’an al-Karim. Hanya secara organisasi, maka kita harus bicara orang atau manusia yang menjadi pimpinan dari perguruan maka itu adalah almarhum abang Asfanuddin Panjaitan atau biasa dipanggil oleh murid-muridnya dengan sebutan Bang Asfan saja.
Bang Asfan, adalah ketua laskar Aries Margono (Angkatan 66) yang dulu berjuang bahu membahu menumpas komunis/PKI bersama pemerintah dan rakyat. Beliau pernah mendapatkan kesempatan dari Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD) untuk mengikuti latihan terjun payung komando di Batujajar. Pada waktu itu Komandan RPKAD adalah Sarwo Edie Wibowo. Setelah selesai mengikuti latihan, mereka dilantik oleh tokoh senior ABRI yang selanjutnya menjabat Presiden RI : Soeharto. Nama Asfanuddin Panjaitan mendapatkan penghargaan dan tercatat dalam Lembaran Negara, karena mendarat tepat pada titik tuju di depan panggung kehormatan.
Sebagian besar masyarakat menganggap tenaga dalam itu perbuatan musyrik. Mereka tanpa pemikiran mendalam, memandang sama semua perguruan tenaga dalam yang ada ketika itu.
Padahal masing-masing perguruan tenaga dalam tidak sama prinsip, metode dan jiwanya. Ada perguruan yang bergantung pada kekuatan syetan dengan menjalankan ritual-ritual yang bertentang dengan ajaran Islam. Ada pula yang murni gerakan-gerakan fisik. Sangat sedikit sekali, perguruan beladiri tenaga dalam yang bernafaskan Islam. Akibat ketidakpahaman masyarakat, akhirnya mereka mencampur-adukkan dan menyamaratakan segala bentuk ilmu tenaga dalam dengan menganggap sebagai syirik. Ini kekeliruan yang sangat besar dan tak dapat dimaafkan.
Lama masalah ini dipertimbangkannya. Sampai pada akhirnya ia berketetapan hati untuk menemui Buya Hamka, KH. Ali Maksum dan KH. AR. Fachruddin. Kepada ketiga tokoh ahli agama Islam inilah ia berkonsultasi. Ketiga tokoh inipun dengan segala sifat kebapakan, dengan ketajaman pandangan dan pemikiran serta kedalaman ilmu yang tak diragukan lagi, bukan hanya sekedar memberikan kritik, usul dan saran tetapi juga mencuci dan membersihkan ilmu yang akan dikembangkan oleh Asfanuddin Panjaitan dari hal-hal yang berbau syirik dan hal-hal yang tidak Islami.
Bang Asfan, lalu mengadakan perubahan dalam ilmu tenaga dalam Prana Sakti yang telah diperoleh dari Gurunya. Dengan adanya pembaharuan itu, maka keampuhan jurus-jurus Prana Sakti harus diujicoba ulang. Alhamdulillah berkat ridho Allah, justeru setelah disesuaikan dengan ajaran-ajaran Islam, jurus Prana Sakti semakin tajam dan dapat dijadikan metode alternatif untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan lahir batin dan dunia akhirat. Metode tersebut diperkuat pula dengan ikrar Prana Sakti :”Apapun yang terjadi, sampai saya mati, saya (tetap) berpegang kepada Laa Ilaaha Illallaah.