Monday, January 21, 2013

MENONTON TV

   Teman teman kantor  dan tetangga  di perumahan sudah banyak yang  berlaganan tv  berbayar, itu tv yang banyak chanel pilihan  (film +olah raga dan lainya ) namun kita mesti merogok kocek  rata rata 150 ribu per bulan, Sampi saat ini    tawaran  untuk memasang  TV tersebut   rasanya saya belum minat sih, , Bukan apa apa, toh tv yang saya pakai  parabola (maklum didaerah mesti pakai parabola) sudah lebih dari cukup, Saya pribadi jarang menonton TV. sebab kalah dengan anak anak plus isteri
Lagian saya pikir dengan kondisi sekarang saja saya hampir tidak mampu mengontrol mereka untuk interaksi  dengan kegiatan lain, apalagi jika  ditambah  dengan  chanel cahnel yang  tentu saja menarik buat anak anak. Memang  saat ini  arus hiburan sudah melanda setia sudut kehidupan . Kadang saya melihat sisi sis negatip dari    TV(acara) dulu saya teringat masa saya masih anak anak , pilihan TV hanya Tv Nasional (TVRI), bahkan jarang yang memiliki TV, suasana keluarga saat itu  berbeda karena interakasi keluarga dari ayah, ibu  dan anak anak serta anggota keluarga yang lain sangat intens. sebab saat itu tidak terpaku dengan layar kaca. namun sat ini wow
Saya sangat tertarik dengan tulisan ustazd  Yusuf Mansur yang saya kutip dibawah ini

- Sehabis maghrib, ramai anak-anak mengaji disurau-surau dan keluarga muslim yang mengaji bersama, diiringi suara jangkrik yang bertasbih Bersahut-sahutan indah.
Terang bulan biasanya anak-anak berlari-lari sehabis Isya, ditemani para orangtua bercengkrama dipinggir rumah, sesekali sinar-sinar kunang-kunang berkelebat menghiasi suasana kampung

Kini terang bulan berganti dengan terangnya layarkaca. Tidak lagi ngaji, shalat berjamaah tetapi yang ada adalah menonton sinetron berjamaah, dimana suaranya bukan lagi lantunan ayat suci tetapi ketawa-ketiwi membuang umur sia-sia.

Hasil pengajian layar kaca, maka bergantilah kudungan pengajian rumah, dan jilbab pengajian surau 

Lantunan pengajian berganti dengan suara-suara parau centilisme, gosipisme, para muda-mudi bercampur-ria dengan aurat-aurat seperti bergaya sinetron remaja metropolitan masa kini, rasa dosa, rasa malu bergaya barat, telah punah karena tersihir menganggap diri bergaya artis metropolitan disinetron, layar lebar. Na'udzubillah Min Dzalik. Semoga Allah bukakan pintu hati mereka.